Selasa, 17 November 2009

Wasiat Rasulullah S.A.W kepada Saydina Ali RA.


WASIAT NABI MUHAMMAD S.A.W. 
Wasiat Rasulullah S.A.W kepada Saydina Ali RA. 

Wahai Ali, bagi orang 'ALIM itu ada 3 tanda2nya: 
1) Jujur dalam berkata-kata. 
2) Menjauhi segala yg haram. 
3) Merendahkan diri. 

Wahai Ali, bagi orang yg JUJUR itu ada 3 tanda2nya: 
1) Merahasiakan ibadahnya. 
2) Merahasiakan sedekahnya. 
3) Merahasiakan ujian yg menimpanya. 

Wahai Ali, bagi org yg TAKWA itu ada 3 tanda2nya: 
1) Takut berlaku dusta dan keji. 
2) Menjauhi kejahatan. 
3) Memohon yang halal kerana takut jatuh dalam keharaman. 

Wahai Ali, bagi AHLI IBADAH itu ada 3 tanda2nya: 
1) Mengawasi dirinya. 
2) Menghisab dirinya. 
3) Memperbanyak ibadah kepada Allah s.w.t. 

Semoga Allah SWT selalu merahmati kita semua. 
Disadur dari berbagi sumber 

Wassalam 
Posted by Amin 

Jumat, 11 September 2009

fat kudu belajar yau!!!!

Untuk Saudariku di bumi Allah . . .


SUPER WOMAN . . . mungkin itulah yang tepat disematkan kepada para wanita sejati impian manusia. Wanita yang sukses dalam karier, dan pendidikan, sekaligus melahirkan anak-anak brilian dalam lingkungan rumah tangga yang serasi. Mereka dituntut mampu berkiprah dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Namun tetap menyandang kewajiban rumah tangga.

Islam sendiri memberikan begitu banyak peluang terhadap pengembangan potensi wanita, karena sebagai manusia wanita mempunyai banyak potensi yang sangat berguna. Potensi kecerdasan, kelembutan sikap, sensitifitas rasa, manajemen yang baik, keteraturan, hingga jumlah yang banyak.

Sejarah telah membuktikan bahwasanya banyak wanita yang telah mengubah sejarah dunia. Sebut saja Marie Curie dan Margareth Teacher. Dalam Islam pun telah kita ketahui sepak terjang Aisyah, Khansa, Ummu Sulaim, Fattimah Azzahra, Rabi'atul 'Adawiyah sampai ke Zainab Al Ghazali.

Akan tetapi bagaimana berbagai potensi ini tidak mengubur fitrahnya sebagai ibu dari putra-putranya? Atau istri bagi suaminya? Atau da'iyah bagi lingkungannya?

Saat seorang muslimah masih lajang maka permasalahan ini mungkin tidak terasakan. Mereka masih bebas menentukan kehidupannya sendiri. Kuliah, kursus, bekerja, hingga aktifitas da'wah hingga larut malam masih bebas dijalani dengan mudah. Namun setelah menikah, dimana kewajiban dan tantangan yang dilakoni bertambah, permasalahan ini akan lebih melekat.

Untuk itu perlu beberapa persiapan bagi seorang akhwat muslimah agar kelak dapat menjadikan rumahnya seindah syurga. Syurga yang menyejukkan selepas menerima panasnya aktifitas diluar. Syurga yang indah bagi semua yang bernaung didalamnya


Manajemen Rumah

Seorang akhwat muslimah layaklah memiliki kemampuan dasar rumah tangga.

Kemampuan mengatur pernak-pernik rumah. Dari mulai menyalakan kompor, memasak, mengatur interior rumah hingga inventori rumah tangga. Ini adalah skill dasar yang harus dimiliki. Tidaklah dituntut untuk perfect melakukan segalanya, tetapi minimal mengetahui dasar-dasarnya sehingga rumah dapat nyaman dihuni, karena kebutuhan akan kenyamanan rumah menjadi suatu kebutuhan yang mutlak bagi setiap anggota keluarga. Seorang suami yang lelah sepulang kerja tentu akan bertambah stress apabila mendapati kondisi rumah yang berantakan, lantai yang belum dipel, hidangan yang belum tersedia serta cucian yang menumpuk belum dicuci. Sedikit percikan saja suami akan uring-uringan dan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah hanya tinggal slogan belaka.

Untuk itu walaupun tidak mutlak semua pekerjaan rumah dilakukan oleh istri, tetaplah hal ini diperhatikan. Soal siapa yang akan mengerjakan ini dan mengerjakan itu bisa dikompromikan dengan seluruh keluarga, namun manajemen rumah tetap ditangan ibu rumah tangga.

Untuk itulah tarbiyah akhwat selayaknya menyentuh permasalahan ini, karena tidak semua keluarga muslim mampu untuk mempekerjakan khadimat, sehingga terkadang semua pekerjaan harus dikerjakan sendiri. Bila skill ini tidak dilatih sejak dini, maka akan menyulitkan akhwat dalam perjalanan rumah tangga mereka kelak


Manajemen Keuangan

Dalam banyak rumah tangga seorang istri berperan sebagai Menteri Keuangan. Seorang suami akan menyerahkan semua nafkahnya—sedikit apapun jumlahnya—kepada istri. Ini merupakan kewajiban suami walaupun sang istri juga bekerja dengan pendapatan yang lebih besar. Untuk itu pengaturan keuangan keluarga menjadi tanggung jawab istri, sehingga penting bagi setiap akhwat untuk memiliki kemampuan dasar pengaturan keuangan keluarga. Mudah saja, berapa disisihkan untuk ini, itu dan sisanya—bila ada—ditabung untuk masa depan. Hindari berhutang, walaupun hal ini tidak dilarang, tetapi bisa mengundang fitnah apalagi apabila tidak bisa melunasinya tepat waktu.

Namun kunci utama dalam manajemen keuangan bukanlah terletak pada skill atau ketepatan prediksi pengeluaran, akan tetapi yang dibutuhkan adalah kedewasaan dalam menerima nafkah dari suami baik nafkah besar ataupun kecil.

Dewasa dalam menerima nafkah yang sedikit adalah kesabaran dalam menahan keinginan dan impian. Akhwat adalah seorang wanita juga, yang tidak banyak berbeda dengan wanita lainnya. Kecenderungan akan perhiasan dan kemewahan dunia lekat pada jiwanya. Namun bagi keluarga muslim, sebisa mungkin hal ini ditekan karena rumah tangga islami bukan bersandar keduniawian, tetapi lebih penting kepada berkah dan qona'ah atas harta tersebut.

Miris mendengar beberapa kasus yang menimpa para ikhwan. Pada saat mereka mencoba untuk menjalin bahtera rumah tangga dengan seorang akhwat muslimah. Dengan proses yang bersih, jauh dari ikhtilat jahiliyyah, namun kemudian ditolak mentah-mentah, baik dari pihak keluarga ( baik dari keluarga ikhwan maupun keluarga akhwat ) maupun dari akhwat itu sendiri. Hanya karena pendapatan bulanan mereka yang tidak memenuhi kriteria, walaupun seorang wanita juga memiliki kebebasan untuk memilih jodohnya, namun janganlah hanya karena harta dunia cita-cita menjalin rumah tangga Islami terkandaskan. Teringat dengan sabda Rasulullah SAW: "Bila datang seorang laki-laki yang engkau ridhoi agamanya, untuk meminang putrimu maka terimalah" disini Rasulullah SAW hanya menyebut kriteria agama, bukan harta atau pangkatnya.


Kedewasaan Mental

Menikah adalah satu langkah menuju tegaknya Khilafah Islamiyah, maka persiapan mental didalamnya laksana persiapan membangun khilafah itu sendiri.

Dewasa dalam menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangannya. Untuk itu sebaiknya para akhwat tidak mematok kriteria tinggi dalam mendapati jodohnya, karena pada akhirnya apabila seseorang dengan kriteria seperti itu belum juga didapatkan, maka yang ada adalah kompromi-kompromi, mencoreti beberapa kriteria, yang pada akhirnya kelanjutan rumah tangganya akan menimbulkan kekecewaan terhadap pasangannya tersebut, karena tidak sesuai dengan impian. Juga dewasa dalam menghadapi pernak-pernik hidup berumah tangga, karena menjalin rumah tangga bukan hanya menjalin hubungan antara suami dengan istri, tetapi juga hubungan antar keluarga, orang tua, mertua hingga tetangga. Banyak fitnah yang terjadi saat hubungan ini tidak harmonis. Konflik istri dengan mertua, tetangga dan lain sebagainya akan menyulitkan menuju keluarga sakinah karena selalu beradu dengan konflik yang tidak perlu.

Dewasa pula dalam menghadapi kehidupan. Membagi antara aktifitas rumah tangga, da'wah dan aktifitas lain, karena Islam tidak mengebiri aktifitas wanita. Semua potensi wanita layaknya dikembangkan dalam bingkai Islam sehingga menambah dinamika dan keberkahan rumah tangga tersebut.

Dan terpenting adalah dewasa dalam menghadapi perubahan, karena antara kehidupan lajang dengan berkeluarga adalah dua alam yang berbeda. Saat lajang begitu mudahnya seseorang menjalani aktifitas yang diingini tanpa beban, namun saat berkeluarga akan terdapat berbagai batasan-batasan di satu sisi dan dukungan-dukungan disisi lain. Perubahan ini bisa jadi sangat drastis, bisa merubah segala rencana dan impian yang telah ada.

Seperti contoh: ada akhwat dari keluarga berkecukupan menikah dengan ikhwan yang sederhana. Segala fasilitas yang dahulu didapatnya kemudian sirna begitu saja. Bila tidak dewasa dalam memandang permasalahan ini, maka bahtera rumahtangga tersebut bisa berantakan. Istri yang menuntut macam-macam sementara sang suami tidak mampu berbuat apa-apa.

Kita layaknya meneladani sikap istri Umar bin Abdul Aziz, putri khalifah yang bergelimang kekayaan dan bertabur perhiasan. Namun ketika sang suami menjadi khalifah menggantikan ayahandanya, segalanya berubah. Semua perhiasan dan harta miliknya diserahkan ke Baitul Maal, bahkan hingga Umar wafat beliau memilih hidup dalam kemiskinan walaupun telah ditawarkan untuk mengambil kembali harta yang telah disedekahkannya.


Khatimah

Demikianlah, bahwa begitu banyak potensi wanita, begitu banyak peran yang bisa diambilnya. Namun tetaplah Islam mengatur peran wanita pada porsinya. Tidak mengebiri, tidak pula dibiarkan sebebas-bebasnya. Sehingga kemudian kita dapat menyaksikan sebuah peradaban yang dibangun oleh insan-insan bertaqwa, dibangun oleh keluarga-keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah, dibangun oleh masyarakat yang adil dan terbina sehingga mewujudkan suatu kesejahteraan, teratur dalam bingkai syari'ah Allah, berjalan beriringan menggapai ridho ilahi.


Posted by: "yudi purnomo" yudi_fikr@.........

Date: Wed Jan 10, 2007 7:20 pm ((PST))

Kamis, 03 September 2009

Harapan...


ketika pertemuan itu tak terduga dan tak terbayang..
rasa ini terus berserah diri walo telah kuyakinkan diri memilihnya...
indah...indah nian rsa ni...
kata-kata itu terucap lagi..

senyum mendapati kata-katanya selalu menghias
menunggu balasan senyuman darinya...
itu terjadi juga walo kadang tak ku harapkan..
kejadian ini terus berlangsung...

semoga...semoga...ini yang terakhir...
tak ingin hati tersakiti lagi...

kebosanan sendiri ingin kutinggalkan...
berharap akan dan terus bersama...
berawal dengan rasa dan usaha...
teruntuk seseorang yang baru mengisi hati..
qt berusaha bersama :)

akankah kisah ini indah...
kita lihat takdir yang akan bicara...
semoga tak ada kekecewaan antara kita...

Selasa, 25 Agustus 2009

Tuhan...

di dalam lingkaran api ku terdiam, tertekan...
inginku bergerak dan berlari
tak kuasa api terus mengelilingi...

Tebal asap mengelilingi tubuhku
membuat fikiranku kacau
Apa yang bisa kuperbuat..??

Akhirnya yang bergerak juga tapi hanya sedikit..
tak berarti ku terlepas dari lingkaran api..
tapi malahku terbakar..

ukhti...bergeraklah sebenar-benarnya bergerak..
bukan sedikit...
yang akan meninggalkan penyesalan...
isakkan...
tangisan itu...
membuatmu hilang kendali..
terbakar...hingga kau hancur dan tersisa hanya penyesalan..
menyesal-menyesal...
apakah tak ada kata lain dalam hidupmu ukhti..??
mempertahankan hidup dari kejatuhan yang berulang-ulang..
apakah itu gambaran hidupmu..??
terlihat indah dari segi mana yang kau lihat..
sudahlah...
ketika terucappun nasehat itu...kau hanya menitikkan air mata dan meninggalkan hari itu dengan penyesalan tak termaafkan...
cukup...cukup...dan cukup ku menyesal....

Selasa, 21 Juli 2009

PROBLEMATIKA UMAT ISLAM

BY : UKKI UNSOED TEAM

A. MUKADIMAH
Vatiahotis, wartawan far Eastern Economic Review pernah berkata, “Saya sering lupa bahwa saya berada di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.” Mengapa? Pertanyaan wartawan tersebut menggelitik bagi kita, mengapa? Karena sebenarnya inti dari jawabannya adalah belum tersosialisasikannya nilai-nilai Islam di masyarakat kita yang mayoritas masyarakatnya adalah Muslim.
Masih jelasnya perbedaan ditengah umat kita dalam memilah-milah perbuatan ini ibadah atau tidak dan sering pula kita mendalami suatu ilmu, ini ilmu agama dan ini tidak. Inilah sebenarnya dibalik kemunduran umat islam. Pemahaman yang tidak utuh, masih seringnya kita beramai-ramai memperbincangkan masalah yang furu’I, masalah yang kecil-kecil, ini mazab saya dan ini tidak, ini Islam tradisional dan ini Islam moderat. Akan tetapi yang lebih penting, bagaimana kita menyelami nilai-nilai Islam dalam semua sisi kehidupan. Dan ini perlu penggalian konsep-konsep keislaman yang lebih banyak lagi, bagaimana ekonomi islam, manajemen islam, politik islam, pendidikan islam dan sebagainya. Dan ini hanya bisa kalau kita mau memperluas wawasan kita dan menunut ilmu dengan lebih tekun lagi, belajar, belajar, dan belajar. Dan inilah saatnya zaman kebangkitan Islam. Insya Allah.

Tak akan mengenal Islam seseorang, jika ia tidak mengenal jahiliah.

Sebuah ungkapan yang mungkin akrab di telinga kita. Namun yang menjadi masalah adalah kita belum memahami secara mendalam arti dari kejahiliahan itu sendiri. Banyak orang yang beranggapan bahwa jahiliyah hanya dating sebelum Islam di Jazirah Arab. Sehingga jahiliah ditentukan dengan sebuah kondisi masyarakat yang pernah ada sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang keberatan jika kondisi sekarang disebut jahiliah modern, padahal jika diamati kondisi sekarang tak ubahnya seperi kondisi yang terjadi di masa jahiliyah di zaman sebelum Rasulullah diturunkan.
Pada zaman ketika Islam belum turun (di Jazirah Arab) kita bisa melihat realitas kehidupan yang pekat dengan warna jahiliah. Kejahiliahan yang terjadi pada masa pra Islam (di Jazirah Arab0 merupakan kejahiliahan yang disebabkan oleh kebodohan, yaitu belum mengenal hakikat Tuhan, mereka mencari Tuhan dengan mewujudkan Tuhan dalam bentuk berhala atau apa saja, pada masa itu idak ada tata social sehingga kerusakan timbul di mana-mana. Pembunuhan, perzinaan, dan mabuk-mabukkan bukanlah hal aneh di zaman itu, fanatisme tokoh dan kabilah (suku/ras) yang akhirnya berakhir pada peperangan menjadi kemestian. Kerusakan moral yang terjadi saat itu terjadi secara vulgar tanpa kemasan apa pun.
Berbeda di zaman sekarang, yang manusia saat ini bangga dengan peradaban dan beradab. Kebrobokan moral dan kebodohan terbungkus oleh kemasan kebohongan yang indah. Sekarang kita lihat kecanggihan teknologi semakin menjauhkan pada hakikat penciptaan dari Allah Swt., atas nama seni para wanita bertelanjang ria, atas nama ketertiban masyarakat, pelacuran diteribkan lewat pembangunan lokalisasi, dan demi pemasukan negara (pajak), minuman keras menjadi legal dan halal bagi mereka yang berkantung tebal dan lemah iman. Peperangan sengaja diletuskan agar persenjataan laku, nasionalitas yang sempit mnjadikan negara satu dengan yang lain saling berperang.
Begitulah fenomena kejahiliahan yang terjdi pada masa pra-Islam yang ternyata juga terjadi di masa kini, di mana manusia (baca kita) mengaku sebagai bangsa yang beradab.

B. KEJAYAAN ISLAM
Sejak diutusnya Nabi Muhammad sebagai rasul, Nabi Muhammad menanamkan, menata dan memperbaiki umat saat iu dengan ajaran Islam, hingg kerusakan Akidah dan moral umat saat itu berubah pada kemulaan, dakwah Rasulullah tersebut diteruskan oleh para sahabat (Khulafaurasyidin). Mulai pada masa Khalifah Umar bin Khatab, Islam telah berkembang sampai ke Persia, Syam dan Maroko. Masyarakat muslim saat iu benarbenar merasakan keadilan Islam saat itu. Dan Islam semakin berkembang setelah itu yaitu dibawah naungan bani Umayah dan bani Abasiah yang kemudian diteruskan oleh Khilafah Turki Utsmani. Di bawah naungan bani Umayah dan bani Abasiah Islam mencapai puncak kejayaan, wilayah Islam yang terbentang dari Arab, Persia, Romawi, Eropa, dan daratan Asia di bawah naungan Islam selama empat abad. Islam saat itu benar-benar tergambr di seluruh aspek kehidupan. Hukum Islam tegak, kehidupan masyarakat tertata rapi, bangunan mesjid berdiri megah, pusat-pusat kesehatan bertebaran di mana-mana, pusat-pusat keilmuan berdiri di setiap sudut kota. Hajad hidup rakyat berupa pendidikan dan kesehatan diperoleh secara gratis, biaya ditanggung oleh khalifah Islam saat itu.
Pada sat yang sama Eropa sedang tertidur lelap oleh doktrin-doktrin gereja. Apalagi saat itu muncul fatwa gereja (700 M) yang meramalkan akan terjadi kiamat pada tahun 1000 M. Akibatnya fatal, Eropa menjadi benua yang mati. Perkembangan peradaban Islam masa itu mulai masuk ke Eropa dan mulai membuka mata orang Eropa (baca Kristen). Masa bangkitnya orang Eropa saat itu sering disebut dengan masa Renaisance. Kebangkitan dilandasi pada dua hal yaitu: Keinginan mengembalikan kejayaan Yunani (paganisme) dan Romawi (filsafati). Rasa dendam terhadap pemimpin gereja yang dianggap telah membohongi dan dendam terhadap umat Islam yang telah menghancurkan peradaban Yunani dan Romawi.
Dengan latar belakang di atas, akhirnya eropa mendapat kejayaan kembali dengan meninggalkan gereja (berketuhanan) dan memusuhi umat Islam yang telah mengajari mereka (baca Eropa) tentang peradaban, sehingga memunculkan perang yang berkepanjangan sampai sekarang.


C. KERUNTUHAN ISLAM
Dari uraian di atas kejayaan umat Islam di atas kita ketahui berama bahwa Islam tegak dan jaya hingga mampu menebar rahmat di seluruh alam semesta ini dengan menjalankan Al-Qur’an dan Sunah Rasul, hingga peradaban tegak di atas Akidah yang kukuh dihiasi indahnya akhlak umatnya. Sudah menjadi fitrah manusia yang selalu terlena, oleh nikmat dunia dengan harta dan kekuasaan, dibalik kejayaan Islam saat itu ternyata umat Islam terlena hingga lambat laun jauh dari Al-Qur’an, mereka saat itu tenggelam oleh kemewahan harta dan perebutan kekuasaan.
Perang Salib yang terjadi sampai tujuh kali yang berlangsung selama hampir satu abad selalu dimenangkan oleh umat Islam, karena pada saat itu umat Islam masih berpegang pada Al-Qur’an sekalipun saat itu kekuatan Nasrani dan Yahudi bersatu utuk memadamkan cahaya Islam. Puncak kekalahan umat Islam adalah terjadinya peristiwa bersejarah pada tanggal 3 Maret 1924, Khalifah Turki Uutmani telah dihapuskan oleh umat Islam sendiri (Musthofa Kemal Pasha). Turki saat itu sebagai symbol kekuatan Islam, runtuh digantikan dengan system Barat yang dianggap lebih modern dan maju yaitu dengan merunuhkan pelaksanaan ajaran Islam. Saat ini di Turki sekolah Islam ditutup, simbol-simbol Islam (jilbab, bahasa Arab, mesjid, dll) dihapus. Dengan cara inilah umat Islam akhirnya terkalahkan, terbukti saat ini umat Islam telah jauh dari ajaran Islam sehingga mereka kehilangan identitasnya sebagai Muslim. Islam hanyalah sekedar symbol, Islam identik dengan kebodohan, kemiskinan, dan terpecah-belahnya negeri Islam.
Dari fenomena yang terjadi, penyebab runtuhnya bangunan umat Islam ternyata tidak hanya karena serangan dari kaum kafir saja akan tetapi juga karena semakin lemahnya umat Islam dalam berinteraksi dengan ajaran Islam yang dianutnya, berikut yang menyebabkan lemahnya umat Islam saat ini:
1.Kondisi umat Islam dewasa ini memprihatinkan. Sebagian umat Islam telah jauh dari nilai-nilai Al-Qur’an dan sunah sehingga kehilangan identitasnya sebagai seorang Muslim. Mereka tidak lagi merasa bangga terhadap keislamannya, namun justru merasa aneh ketika melihat saudaranya yang taat menjalankan perintah agamanya dan memiliki komitmen terhadap keislamannya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi sebagian dari mereka (umat Islam) tidak memahami Islam itu sendiri, yang mempunyai sifat menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupan. Islam hanya dipandang sebagai ritual ibadah, identik dengan masjid, pengajian, dan sebagainya, yang semuanya identik dengan kelemahan, kebodohan, dan kemiskinan. Akibatnya umat Islam benar-benar terjebak dalam kondisi kerusakan.
Diantara hal-hal yang menjadi penyebab kerusakan umat adalah:
a.Umat Islam zholim dari Al-Qur’an dan sunah.
Sebagian besar umat Islam saat ini tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya. Al-Qur’an tidak dibaca dan tidak dijaikan rujukan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya berbagai kerusakan dan kemunduran terjadi dalam tubuh umat tanpa bisa dibendung. Sat ini sangat sedikit di antara umat Islam yang membaca Al-Qur’an dan konsisten membacanya. Diantara yang membacanya, sangat sedikit pula yang mengamalkannya. Kebanyakan umat jahil dari Al-Qur’an, bahkan berpaling kepada berbagai ideology yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.



b.Umat Islam terkena penyakit wahn.
Yaitu cinta dunia dan takut akan maut (kematian), ini dapat dilihat dari umat yang mempunyai pola pikir materialistis, praktis dan hedonis jauh dari orientasi akhirat (Q.S. 9:38-41 dan Q.S. 4:77-78)
c.Tidak ada ukhuwah kecuali sedikit.
Kepedulian tehadap sesama umat Islam sangat kecil. Umat di satu negeri hampir-hampir tidak mempedulikan keadaan saudaranya di negeri lain. Umat terkena pula penyakit ananiyah (egois). Baginya, keselamatan diri dan keluarga yang penting, orang lain belakangan. Padahal Rasulullah bersabda : “ Tidak beriman salah seorang kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
Akibatnya, umat sangat lemah. Musuh-musuh Islam dengan mudah menjajah dan menindas umat Islam, karena umat Islam di berbagai negeri hampir tidak saling peduli atau menolong bila sebagian ditimpa kesulitan.
2. Pihak di luar Islam (kafir) yang tidak menghendaki Islam
yaitu adanya invasi pemikiran. Kekalahan beruntun pasukan kaum kafir dalam perang salib memberikan pelajaran kepada mereka untuk mencari strategi lain yang lebih jitu untuk memerangi kaum muslimin. Karena itu, kaum kafir saat ini menyerang kaum muslimin dari sisi aqidah dan akhlak. Setelah rusak aqidah dan akhlaknya, mudahlah bagi kaum kafir untuk mengendalikan kaum muslimin. Target akhir dari invasi pemikiran adalah agar kaum muslimin memberikan loyalitasnya kepada kaum kafir.

Untuk mengubah wajah umat Islam yang suram diperlukan dakwah islamiyah untuk menyingkirkan penyakit dalam tubuh umat Islam. Hingga umat Islam menyadari tugas dan fungsinya yang harus dijalankan di muka bumi ini. Dakwah Islamiyah dengan membina kembali umat Islam (tarbiyah islamiyah) umat Islam memahami Islam secara integral (menyeluruh), tidak sekedar symbol tanpa makna. Solusi permaslahn tersebut harus dimulai dengan memperbaiki diri sendiri dan beberapa hal yang harus diupayakan adalah:
1.Kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup dengan membaca, mentadabburi, dan mengamalkannya.
2.Membersihkan diri dari penyakit wahn dengan menanamkan niat yang kuat untuk berjuang di jalan Allah.
3.memeperkuat ukhuwah Islamiyah mulai dari lingkungan yang kecil.
4.Mempelajari konsep-konsep Islam agar terhindar dari invasi pemikiran.

Maraji’ :
- Meniti Jalan Ilahi, Buku Panduan Asistensi Agama Islam UNS
- Panduan Pembinaan Generasi Muda Muslim
LP2I Bandung

ma'rifatul islam

Ma’rifatul Islam

Ditulis dalam Aqidah pada 8:07 am oleh Materi Tarbiyah

Ad-dien menurut Al-Qur’an

• Dienullah, DienuI Islam [48:28, 61:9] Dienullah dibawa oleh semua Rosul dan nabi untuk keselamatan manusia. Disebut juga dengan dienul haq (dienus samaawi).
• Dienul ghoiru dienullah, bukan dari Allah. Jumlahnya lebih dari satu (QS. 48;28) hasil rekayasa pikiran manusia, biasa disebut agama budaya (dienul ardli)

Ciri-ciri dienullah/dienus-Samaawi

• Bukan tumbuh dari masyarakat, tapi diturunkan untuk masyarakat. Disampaikan oleh manusia pilihan Allah (utusan-Nya), utusan itu hanya menyampaikan bukan menciptakan.
• Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
• Konsep tentang Tuhannya adalah Tauhid.
• Pokok-pokok ajarannya tidak pernah berubah dengan perubahan masyarakat penganutnya.
• Kebenarannya universal dan sesuai dengan fitrah manusia

Ciri-ciri dienul ardli :

• Tumbuh dalam masyarakat.
• Tidak disampaikan oleh Rosul Allah.
• Umumnya tidak memilki kitab suci, walaupun ada sudah mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarah.
• Konsep Tuhannya dinamisme, animisme, politheisme, dll.
• Ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan masyarakat penganutnya .
• Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi segenap manusia, masa dan keadaan.

Pengertian Islam secara Ethimologi/ Bahasa :

• Tunduk patuh, berserah diri (al-istislaam) [3:83].
• Damai (as-silm) .
• Bersih (as-saliim)
• Aturan Illahi yang diberikan kepada manusia yang berakal sehat untuk kebahagiaan hidup mereka di dunia dan akhirat.
• Ajaran lslam :

- Sesuai fitrah manusia QS. 30;10 Kepentingan seluruh manusia QS 34;28
- Rahmat seluruh alam QS 21;107
- Untuk meningkatkan kualitas hidup manusia QS. 2;179
- Sangat sempurna QS. 5:3

amal jamai

AMAL JAMA’I: SEBUAH PENGANTAR

OLEH : aang fahruroji


Beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam kajian tentang amal jama’i diantaranya :
1.apakah setiap program harus dilaksanakan oleh seluruh anggota?
2.apa beda antara amal jama’i dengan kerjasama anggota?
3.mungkinkah amal jama’i dilakukan hanya oleh seorang?
4.bagaimana kewajiban pemimpin dan anggota?
5.bagaimana cara mengambil keputusan yang baik dan efektif bagi sebuah organisasi?

syaikh Musthofa Masyhur memberikan ta’rif amal jama’i sebagai berikut :
“gerakan bersama untuk mencapai tujuan organisasi berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan”.

Beberapa tafsir dari ta’rif diatas adalah :
1.amal jamai merupakan gerakan bersama, dimana setiap anggota menjalankan fungsi strukturalnya dengan orientasi pencapaian tujuan.
2.bahwa amal yang dilakukan oleh seluruh anggota adalah dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
3.bahwa amal yang dilakukan harus berdasar keputusan yang telah ditetapkan sesuai mekanisme yang berlaku.

Ta’rif diatas juga mensyaratkan bahwa amal jama’i hanya bisa dilakukan oleh organisasi/jama’ah yang mempunyai:
1.tujuan (ghoyyah) /visi misi yang jelas
2.manhaj/metodologi gerakan yang kokoh
3.unsur kepemimpinan (qiyadah) yang berwibawa
4.keta’atan anggota terhadap pimpinan
5.pola pengorganisasian (tandhim) yang rapi

Qiyadah dalam sebuah jama’ah merupakan unsur vital yang akan membawa jalannya organisasi. fungsi strategis qiyadah diantaranya: fungsi koordinatif (mengatur), fungsi imperatif (memaksa), vonis keputusan (terutama dalam situasi darurat). Qiyadah dipilih untuk dita’ati.

Syuro merupakan salah satu instrumen pengambil keputusan yang paling substansial dalam sebuah organisasi. jika mekanisme pengambilan keputusan selalu berjalan dengan baik, maka organisasi tersebut akan mempunyai soliditas dan resistensi yang tinggi terhdap goncangan yang biasanya mengakhiri riwayat banyak organisasi. asas penentuan sikap dan pengambilan keputusan adalah asumsi mahlahat yang terdapat dalam perkara itu. Karena sifatnya asumsi, maka sudah pasti relatif, karenanya sangatlah mudah mengalami perubahan-perubahan. Sehingga sebuah keputusan syuro selalu mengandung resiko. Sepanjang yang dilakukan syuro adalah mendefinisikan mashlahat ammah atau mudharat asumtif, maka selalu ada resiko kesalahan. Atau setidak-tidaknya “tempo kebenarannya” sangat pendek. Fungsi syuro ini dapat terlaksana bila memenuhi syarat :
1.tersedianya sumber-sumber informasi yang cukup untuk menjamin bahwa keputusan yang kita ambil dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
2.tingkat kedalaman ilmu pengetahuan yang memadai harus dimiliki setiap peserta syuro.
3.adanya tradisi ilmiah dalam perbedaan pendapat yang menjamin keragaman pendapat yang terjadi dalam syuro dapat terkelola dengan baik.

Syuro punya fungsi psikologis dan fungsi instrumental. Fungsi psikologis terlaksana dengan menjamin adanya kemerdekaan dan kebebasan yang penuh bagi peserta syuro untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya secara wajar dan apa adanya. Tapi, tenyu saja setiap orang punya cara yang berbeda-beda dalam mengekspresikan dirinya. Jika ruang ekspresi tidak terwadahi dengan baik, maka akan terjadi konflik yang kontraproduktif dalam syuro.

Ma’rifatullah (Bagian 1)

 
Aqidah
21/3/2008 | 13 Rabiul Awwal 1429 H | Hits: 5,049
Oleh: Tim dakwatuna.com

dakwatuna.com – Mungkin ada di kalangan kaum muslimin yang bertanya kenapa pada saat ini kita masih perlu berbicara tentang Allah padahal kita sudah sering mendengar dan menyebut namaNya, dan kita tahu bahwa Allah itu Tuhan kita. Tidakkah itu sudah cukup untuk kita?

Tidak. Jangan sekali-kali kita merasa cukup dengan pemahaman dan pengenalan kita terhadap Allah. Karena, semakin memahami dan mengenaliNya kita merasa semakin dekat denganNya. Selain itu, dengan pengenalan yang lebih dalam lagi, kita bisa terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru tentang Allah dan kita terhindar dari sikap-sikap yang salah terhadap Allah.

Ketika kita membicarakan makrifatullah, maknanya kita berbicara tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Kata Ilah mengandung arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Makna seperti ini ada di dalam surat An-Naas (114): 1-3.

Dengan demikian jelaslah bahwa usaha kita untuk lebih jauh memahami dan mengenal Allah adalah bagian terpenting di dalam hidup ini. Lantas, bagaimana metoda yang harus kita tempuh untuk bisa mengenal Allah? Apa saja halangan yang senantiasa menghantui manusia dari mengenalNya? Benarkan kalimat yang mengatakan, “Kenalilah dirimu niscaya engkau akan mengenali Tuhanmu.” Dari pengenalan diri sendiri, maka ia akan membawa kepada pengenalan (makrifah) yang menciptakan diri, yaitu Allah. Ini adalah karena pada hakikatnya makrifah kepada Allah adalah sebenar-benar makrifah dan merupakan asas segala kehidupan rohani.

Setelah makrifah kepada Allah, akan membawa kita kepada makrifah kepada Nabi dan Rasul, makrifah kepada alam nyata dan alam ghaib dan makrifah kepada alam akhirat.

Keyakinan terhadap Allah swt. menjadi mantap apabila kita mempunyai dalil-dalil dan bukti yang jelas tentang kewujudan (eksistensi) Allah lantas melahirkan pengesaan dalam mentauhidkan Allah secara mutlak. Pengabdian diri kita hanya semata-mata kepada Allah saja. Ini memberi arti kita menolak dan berusaha menghindarkan diri dari bahaya-bahaya disebabkan oleh syirik kepadaNya.

Kita harus berusaha menempatkan kehidupan kita di bawah bayangan tauhid dengan cara kita memahami ruang perbahasan dalam tauhid dengan benar tanpa penyelewengan sesuai dengan manhaj salafush shalih. Kita juga harus memahami empat bentuk tauhidullah yang menjadi misi ajaran Islam di dalam Al-Qur’an maupun sunnah, yaitu tauhid asma wa sifat, tauhid rububiah, tauhid mulkiyah, dan tauhid uluhiyah. Dengan pemahaman ini kita akan termotivasi untuk melaksanakan sikap-sikap yang menjadi tuntutan utama dari setiap empat tauhid tersebut.

Kehidupan paling tenang adalah kehidupan yang bersandar terus kecintaannya kepada Yang Maha Pengasih. Oleh karena itu kita harus mampu membedakan di antara cinta kepada Allah dengan cinta kepada selainNya serta menjadikan cinta kepada Allah mengatasi segala-galanya. Apa yang menjadi tuntutan kepada kita ialah kita menyadari pentingnya melandasi seluruh aktivitas hidup dengan kecintaan kepada Allah, Rasul, dan jihad secara minhaji.

Di dalam memahami dan mengenal Allah ini, kita seharusnya memahami bahwa Allah sebagai sumber ilmu dan pengetahuan. Ilmu-ilmu yang Allah berikan itu menerusi dua jalan yang membentuk dua fungsi yaitu sebagai pedoman hidup dan juga sebagai sarana hidup. Kita juga sepatutnya menyadari kepentingan kedua bentuk ilmu Allah dalam pengabdian kepada Allah untuk mencapai tahap takwa yang lebih cemerlang.

Ayat-ayat Allah ada dalam bentuk ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Kedua jenis ayat-ayat Allah ini terbuka bagi siapa saja yang ingin membaca dan menelitinya. Namun terdapat berbagai halangan akan muncul di hadapan kita dalam mengenali Allah. Halangan-halangan ini muncul dalam bentuk sifat-sifat pribadi kita yang bersumberdari syahwat –seperti nifaq, takabbur, zhalim, dan dusta– dan sifat-sifat yang bersumber dari syubhat –seperti jahil, ragu-ragu, dan menyimpang. Kesemua sifat-sifat fujur itu akan menghasilkan kekufuran terhadap Allah swt.

Ahammiyah Ma’rifatullah (Urgensi mempelajari Makrifatullah)

Riwayat ada menyatakan bahwa perkara pertama yang mesti dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin ma’rifatullah). Bermula dengan mengenal Allah, maka kita akan mengenali diri kita sendiri. Siapakah kita, di manakah kedudukan kita berbanding makhluk-makhluk yang lain? Apakah sama misi hidup kita dengan binatang-binatang yang ada di bumi ini? Apakah tanggung jawab kita dan ke manakah kesudahan hidup kita? Semua persoalan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenali betul Allah sebagai Rabb dan Ilah, Yang Mencipta, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.

Dalil-dalil:

QS. Muhammad (47): 19
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.

Ayat ini mengarahkan kepada kita dengan kalimat “ketahuilah olehmu” bahwasanya tidak ada ilah selain Allah dan minta ampunlah untuk dosamu dan untuk mukminin dan mukminat. Apabila Al-Qur’an menggunakan sibghah amar (perintah), maka menjadi wajib menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini, mengetahui atau mengenali Allah (ma’rifatullah) adalah wajib.

QS. Ali Imran (3): 18
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia, dan telah mengakui pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu sedang Allah berdiri dengan keadilan. Tidak ada tuhan melainkan Dia Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

QS. Al-Hajj (22): 72-73
Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah, “Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?” Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.

QS. Az-Zumar (39): 67
Mereka tidak mentaqdirkan Allah dengan ukuran yang sebenarnya sedangkan keseluruhan bumi berada di dalam genggamanNya pada Hari Kiamat dan langit-langit dilipatkan dengan kananNya. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka sekutukan.

Tema Perbicaraan Makrifatullah – Allah Rabbul Alamin.

Ketika membicarakan ma’rifatullah, artinya kita sedang membicarakan tentang Rabb, Malik, dan Ilah kita. Rabb yang kita pahami dari istilah Al-Qur’an adalah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara, dan Penguasa. Sedangkan kata Ilah mengandungi arti yang dicintai, yang ditakuti, dan juga sebagai sumber pengharapan. Hal ini termaktub dalam surat An-Naas (114): 1-3. Inilah tema yang dibahas dalam ma’rifatullah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, bermakna kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya.

Dalil-dalil:

QS. Ar-Ra’du (13): 16
Katakanlah, “Siapakah Rabb segala langit dan bumi?” Katakanlah, “Allah.” Katakanlah, “Adakah kamu mengambil wali selain dariNya yang tiada manfaat kepada dirinya dan tidak pula dapat memberikan mudarat?” Katakanlah, “Apakah sama orang buta dengan orang yang melihat? Apakah sama gelap dan nur (cahaya)?” Bahkan adakah mereka mengadakan bagi Allah sekutu-sekutu yang menjadikan sebagaimana Allah menjadikan, lalu serupa makhluk atas mereka? Katakanlah, “Allah. Allah yang menciptakan tiap tiap sesuatu dan Dia Esa lagi Maha Kuasa.”

QS. Al-An’am (6): 12
Katakanlah, “Bagi siapakah apa-apa yang di langit dan bumi?” Katakanlah, “Bagi Allah.” Dia telah menetapkan ke atas diriNya akan memberikan rahmat. Sesungguhnya Dia akan menghimpun kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang merugikan diri mereka, maka mereka tidak beriman.”

QS. Al-An’am (6): 19
Katakanlah, “Apakah saksi yang paling besar?” Katakanlah, “Allah lah saksi di antara aku dan kamu. Diwahyukan kepadaku Al-Qur’an ini untuk aku memberikan amaran kepada engkau dan sesiapa yang sampai kepadanya Al-Qur’an. Adakah engkau menyaksikan bahawa bersama Allah ada tuhan-tuhan yang lain?” Katakanlah, “Aku tidak menyaksikan demikian.” Katakanlah, “Hanya Dia-lah Tuhan yang satu dan aku bersih dari apa yang kamu sekutukan.”

QS. An-Naml (27): 59
Katakanlah, “Segala puji-pujian itu adalah hanya untuk Allah dan salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan?”

QS. An-Nur (24): 35
“Allah memberi cahaya kepada seluruh langit dan bumi.”

QS. Al-Baqarah (2): 255
“Allah. Tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia hidup dan berdiri menguasai seluruh isi bumi dan langit.”

Didukung Dengan Dalil Yang Kuat

QS. Al-Qiyamah (75): 14-15
Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.

Makrifatullah yang sahih dan tepat itu mestilah bersandarkan dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah siap disediakan oleh Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk agar manusia berpikir dan membuat penilaian. Oleh karena itu banyak fenomena alam yang dibahas oleh Al-Qur‘an dan diakhiri dengan kalimat pertanyaan: tidakkah kamu berpikir, tidakkah kamu mendengar. Pertanyaan-pertanyaan itu mendudukkan kita pada satu pandangan yang konkrit betapa semua fenomena alam adalah di bawah milik dan aturan Allah swt.

Dalil-dalil:

Naqli [QS. Al-An'am (6): 19]
Katakanlah, “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah, “Allah.” Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al-Qu’ran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?” Katakanlah, “Aku tidak mengakui.” Katakanlah, “Sesungguhnya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).”

Aqli, [QS. Ali Imran (3): 190]
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

Fitri, [QS. Al-A'raf (7): 172]
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan).”

Dapat Menghasilkan: peningkatan iman dan taqwa.

Apabila kita betul-betul mengenal Allah mentadaburi dalil-dalil yang dalam, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat dengan Allah, Allah lebih dekat lagi kepada kita. Setiap ayat Allah baik ayat qauliyah maupun kauniyah tetap akan menjadi bahan berpikir kepada kita dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menghasilkan pribadi muslim yang merdeka, tenang, penuh keberkatan, dan kehidupan yang baik. Tentunya tempat abadi baginya adalah surga yang telah dijanjikan oleh Allah kepada hamba-hamba yang telah diridhaiNya.

Kemerdekaan [QS. Al-An'am (6): 82]
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan; dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ketenangan [QS. Al-Ra'du (13): 28]
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Barakah [QS. Al-A'raf (7): 96]
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Kehidupan Yang Baik [QS. Al-Nahl (16): 97]
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Surga [QS. Yunus (10): 25-26]
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.

Mardhotillah [QS. Al-Bayinah (98): 8]
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya

keep your smile,please...





Jumat, 17 Juli 2009

Selasa, 23 Juni 2009

Belajar memiliki rasa malu...ukhti


dakwatuna.com - Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

Apa sih sifat malu itu? Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”

Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.

Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.

Rabu, 17 Juni 2009

Hari H




Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilail Quran dalam memahas Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang) ayat ke-2 memberikan makna lebih dalam mengenai Hari Yang Dijanjikan, mengenai saat semua rahasia manusia dibeberkan sehingga tidak ada lagi yang tersembunyi.

Penjelasan Sayyid Quthb memberikan gambaran agar kita mempersiapkan diri menghadapi satu hari yang sangat hebat dan teliti.

“Yaitu hari keputusan menyangkut peristiw-peristiwa dunia dan penyelesaian terhadap hisab dunia dan apa yang terjadi di dalamnya. Ia adalah hari yang kedatangannya dijanjikan Allah,” tulis Sayyid Quthb.

“Pada hari ini juga Dia menjanjikan adanya hisab dan balasan dan Dia memberi tempo kepada orang-orang yang membantah dan menentang tentang hal ini. Ia adalah hari yang sangat besar yang membuat penasaran dan dinantikan oleh semua makhluk untuk mengetahui bagaiman jadinya perkara tersebut,” lanjutnya.

Kemudian ayat ketiga berbunyi : Dan yang menyaksikan serta yang disaksikan.

Sayyid Quthb menjelaskan, pada hari tersebut amal perbuatan dibeberkan dan semua makhluk ditampilkan, sehingga semuanya menjadi tersaksikan dan semuanya juga menyaksikan. Segala sesuatu diketahui dan tampak terlihat tak ada sesuatupun yang menutupi hati dan mata.

Inilah penjelasan dua ayat Al Quran yang dengan gamblang menuturkan bahwa Hari Yang Dijanjikan itu memang akan datang dan semuanya terbuka sampai yang sekecil-kecilnya.

Sudahkah kita mengingat Hari H itu akan datang ? Telahkah kita mempersiapkan semuanya ? Kelalaian kita dengan berbagai urusan dunia sering melupakan betapa dahsyatnya hari itu, betapa file amal kebaikan dan keburukan dalam ‘hard disk’ kita akan dipaparkan sampai yang sebesar atom.

Kini kita masih diberi usia dan kesehatan. Saatnya untuk menghitung amal kebaikan. Saatnya menambah amal shaleh untuk bekal di Hari Yang Dijanjikan, sebuah hari dimana tidak ada lagi dusta dan argumentasi. Tidak ada lagi perdebatan. Amal akan ditimbang dan nasib yang permanen akan ditentukan.

Selasa, 09 Juni 2009

Batu dan Matahari

Tuhan berikan ku hati yang entah ku tak bisa mengisi dengan sekeinginanku. dalam perjalan hidup selalu ada rasa suka dan tidak suka, rintangan dan cobaan. dan kini ku dalam keadaan diam karena sesuatu...

Tuhan berikan ku hati yang entah ku tak bisa mengisi dengan sekeinginanku. kenapa ada rasa itu...selalu ku bertanya,padahal tak ku inginkan rasa itu...itulah sifat manusia yang selalu mengeluh...

Tuhan berikan ku hati yang entah ku tak bisa mengisi dengan sekeinginanku. padahal ku salah dalam memberi rasa itu...haruskah ku menyalahkan yang tertulis dalam qalbu...itulah sifat manusia yang selalu menyalahkan...

Tuhan berikan ku hati yang entah ku tak bisa mengisi dengan sekeinginanku. ingin ku rubah..dan ingin ku hiasi dengan rasa yang indah...itulah manusia selalu menyukai yang indah-indah

Tuhan berikan ku hati yang entah ku tak bisa mengisi dengan sekeinginanku. kini hatinya tinggal kesepian karena hanya diam membatu. tak ingin merasakan sesuatu yang tertulis...itulah sifat manusia yang selalu tak bersyukur...

Tuhan berikan ku hati yang entah ku tak bisa mengisi dengan sekeinginanku. apakah ku harus mensyukuri nikmat yang salah ini...tak ada yang bisa di terima...cukupkan biar ku membatu dalam sepi...

sayang jangan biarkan hatimu gelap...karena cahaya matahari pagi akan datang menemani hari-hari indah bersama senyuman yang menghiasi dunia...met pagi matahari...terus semangat yaa...ayo bagun...rubahlah batu itu menjadi bidadari penyemangat dunia.

Diam Apa Bisa Sementara

Tuhan...
Tuhan...
Tuhan...

temani...
temani...
temani...

diam...
diam...
diam...

sementara ku diam<

Sabtu, 30 Mei 2009

Cahaya baru....hidup Baru...walo.... :)


Berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain adalah sebuah kegiatan yang melelahkan. dari sebuah kejadian selalu ada yang bisa kita jadikan hikmah dalam hidup. berpindah bisa berarti meninggalkan sesuatu yang membosankan, menjengjelkan, menakutkan. tapi tidak berarti berpindah juga dari hal-hal yang jelek bisa jadi meninggalkan hal-hal yang indah. setiap manusia pasti menginginkan meninggalkan yang jelek-jelek dari hidupnya, itupun sebersit doa dari dalam kalbu. dimanapun kita berada, jelek maupun bagus, kembali kepada kita bagaimana kita menikmatinya dan mensyukurinya. jadi tataplah hal baru itu dengan senyuman, matahari pasti tersenyum padamu.dan satu hal buat seseorang "miss u" :)

Kamis, 28 Mei 2009

Selasa, 26 Mei 2009

Si Petu


MH satu bulan petuangan membuat SIM cukup butuh kesabaran, kemaren petu lulus test tulis tapi...hehe..test prakteknya gagal, ngejatuhin beberpa tiang, keren kan....alias teteo...GAGAL!tenang2..namanya juga petu itu ya kudu dihadapi.MH tau ga apa kata pa polisinya yang buat petu tersenyum dari kegagalan...(cie,,kegagalan...cacian de elo!)kata polisinya"nanti tgl 6 kesini lagi, tgl 8 nanti dilulusin"..:))))Cihuii...cemangat!!!yang penting ku dapat SIM dan ku rasakan indahnya di test motor..hehe..(kaya dapat apa aja ampe indah gitu..). O ya, MH. sekarang petu dapat sesuatu loh dari yang namanya_ _ _ _ _ _ coz dia ngenalin  dan buat ngerti tentang SuperCamp. andai petu bisa jadi Trainer di SuperCamp yang petu buat sama sobat-sobat...tapi sayang MH..petu belum dapat sobat yang mau ngelakuin yang ada di otak petu..adakah yang mau gabung ama petu...yang pasti tu orang pemikirannya kudu rada-rada mirip petu coz kedepan banyak rintangan yang banyak..ada yang kecil, besar, belok-belok...wah pokoknya seru deh....o ya petu juga dikasi tau tentang cara-cara pembelajaran yang pokoknya keren...(itu gw banget..)ternyata petu termasuk tipe pembelajar visual..kaya apaan coba???nanti lain waktu aja dikasi taunya...banyak ilmu yang petu dapatkan tentang berpikir positif juga...dan lain-lain...

Jumat, 22 Mei 2009

Bertemu Dengan-Nya





Seseorang yang tengah dimabuk kerinduan dengan kekasihnya, akan senantiasa mendambakan intensitas pertemuan dengannya. Sehari tidak bertemu, terasa setahun lamanya. Saat mau tidur, bangun tidur, mau makan, bepergian, mau beraktifitas dan momen-momen lainnya, selalu ingat dia. Sehingga selalu mengharapkan adanya perjumpaan atau pertemuan.

Pertemuan yang dinanti-nantikan itu terutama di sepertiga akhir malam.


“Saat yang paling dekat antara Allah
dengan hambaNYA adalah di pertengahan
malam, Apabila kalian mampu menjadi hamba yang berdzikir (beribadah) kepada
Allah pada waktu tersebut, maka lakukanlah” (HR Tirmidzi)
“Allah turun ke langit dunia setiap malam pada saat sepertiga malam akhir. Dia
berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepadaKU, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang minta kepadaKU, niscaya Aku beri. Barangsiapa yang memohon ampunan kepadaKU, niscaya Aku ampuni” (HR Bukhari no 1077 dan Muslim no 1261)

Gangguan Syaithan

Syeithan tidak akan tinggal diam, membiarkan setiap hamba Allah yang hendak
berbuat kebaikan. Ia dan tentaranya, akan berusaha menghalangi agar hamba tersebut batal melaksanakan kebaikan yang diniatkannya. Jika gagal dan hamba tersebut mampu melaksanakan kebaikan tersebut, maka ia akan berusaha untuk merusak pelaksanaan kebaikan tersebut. Kalau hamba tersebut berhasil melaksanakan kebaikan tersebut, maka ia akan mempermainkan hati hamba tersebut agar rusak nilai kebaikannya. Naudzubillahi min dzalika.

Berikut beberapa cara Syaithan menghalangi manusia agar sulit untuk bangun malam:

  1. Syaithan berusaha menyeret kita untuk berbuat maksiat (kurang menjaga pandangan/pendengaran misalnya), yang menyebabkan kita sulit dan berat untuk bangun di malam hari.
  2. Saat mau tidur, syaithan menggoda kita agar lupa berdoa dan berdzikir, agar mudah baginya melelapkan tidur kita. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba merebahkan diri di pembaringannya, malaikat dan syaithan mengitarinya. Malaikat menyeru, “Tutuplah harimu dengan kebaikan!”, sedangkan syeithan berbisik, “Tutuplah harimu dengan keburukan”. Apabila hamba itu berdzikir (berdoa) kepada Allah sampai tertidur, maka malaikat akan mengusir syaithan dan ia terus menjaga hamba tsb. Apabila hamba itu bangun, malaikat dan syeithan kembali mengitarinya. Malaikat menyeru, “bukalah harimu dengan kebaikan”, namun syaithan berbisik, “bukalah harimu dengan keburukan”. Apabila hamba itu berdoa (Alhamdulillah, alladzi ahyana ba’da ma amatana wailaihinnusyuur), maka malaikat mengusir syeithan dan ia menjaganya” (HR Ibnu Hibban).
  3. Saat tidur, syaithan mengikat kita dengan 3 (tiga) ikatan. Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Syeithan mengikat tengkuk kepala kalian saat tidur dengan tiga ikatan. Pada setiap ikatan, syeithan membisikkan, “Tidurlah, malam masih panjang.”. Apabila ia bangun, dan berdzikir pada Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, jika ia berwudhu, terlepaslah ikatan kedua, kemudian ia sholat, lepaslah ikatan ketiga, sehingga pagi itu ia menjadi semangat. Tetapi kalau ia tidak bangun, maka jiwanya menjadi terpuruk dan malas” (HR Bukhari no 1074 dan Muslim no 1295)
  4. Syaithan “mengencingi” telinga kita saat tidur, yang menyebabkan kita tidak mendengar lantunan adzan atau suara-suara lainnya yang bisa membangunkan kita dari tidur. Abdullah bin Mas’ud berkata, ” Telah diceritakan tentang seseorang yang masih tertidur lelap sampai pagi hari hingga ia tidak melaksanakan sholat. Rasulullah bersabda, ‘Syeithan telah mengencingi telinganya’,” (HR Bukhari no 1076)

Semoga kita diberi kekuatan oleh Sang Kekasih, untuk dapat senantiasa merindukan pertemuan denganNYA

Sumber:

1. Diolah dari Majalah Ghaib, Edisi 84 Th 4




Lebih Dekat Kepada Allah




Hampa,ketika kita jauh dari Allah
Ragu2,ketika jauh dari Allah
Emosi, ketika jauh dari Allah
Bingung, ketika jauh dari Allah
Apalah diri tanpa Allah, karena tugas hidup qt adalah ibadah kepadaNya

Tugas yang kita jalani tak berarti tanpaNya, sekalipun kelihatannya mudah
yang tersisa hanya puing-puing kelelahan yang brujung keluh kesah kita pada orang lain

Agar kita tidak merasa hampa, ragu2, emosi dan binggung hanya 1 jalan keluarnya yaitu bermujahadah dekatkan diri kita kepada Allah, perbanyak waktu kita bersamaNya

Sebelum kita mendakwahi orang, berusahalah mendakwahi diri sendiri
mensolehkan diri, mensucikan jiwa, memperkuat iman, menambah pemahaman kita terhadapNya dan mempercantik tingkah laku kita terhadap Allah dan makhlukNya
karena sangat mudah sekali kita terlempar dari jalurNya
dikarenakan ruhiyyah kita kosong
wallahu'alam bishowab


Sabtu, 09 Mei 2009

Merenung


Kedewasaan itu adalah proses, menjadi seseorang yang mampu berpikir bijak, mengenyampingkan emosi dan bertindak secara dingin serta hati-hati dengan pertimbangan yang merujuk pada Quran dan sunnah, adalah sebuah fase dalam kehidupan manusia yang akan dilalui.

Kedewasaan bukan merupakan sifat turunan atau warisan. tapi kedewasaan bersumber dari karaker dan pribadi masing-masing manusia. Pada intinya, adalah sebuah pilihan untuk menjadi dewasa atau tidak dewasa.

Usia juga bukan menjamin kedewasaan, bahkan ada juga yang berusia muda namun sudah bisa bersikap bijak dan dewasa. Namun….. tidak ada batasan atau patokan dalam taraf tingkat kedewasaan dalam bersikap dan bertindak

Jadi…. Semua itu hanya penilaian yang bisa berbeda tiap manusia, dalam penyikapannya. Namun yang pasti, sebelum kita bertindak, berfikirlah sebaik-baiknya, agar kita bisa mengambil langkah yang sebaik mungkin

(hanya sebuah perenungan setahun lalu..sebuah fase berakhir dibulan ini dengan jalan yang tidak baik. Ternyata Fatimah…juga manusia…!!!)

Rabu, 22 April 2009

Sahabat, sadarkan aku dalam alpa ku...

hari ini tak ada yang bisa buat q ketawa kecuali gurawan sobat2q yang Allah berikan padaq. mungkin kalo q tak ada di IM q tak kenal sobat2,tak kenal siapa dia, kamu dan orang2 yang didekat. memang q akui sering kali q mengeluh...keluhan itu terjadi saat ada sesuatu yang buat q kesal. tapi wajarlah namanya juga manusia, untung aja ada sobat2q yang setia satq tersenyum dan saaq tersedih..alias murung.

sobat tak terasa hampir 4 tahun q di IM, jujur q rasa belum ada sesuatu peningkatan dari diriq kecuali usia yang menggerogotiq...sahabat...q telah merasakan indahnya saat qt susah n senang, saat qbersalah padamu,berdosa padamu, membuatmu senang dan tersenyum...

sahabat, jgn pernah kau bosan dalam mengajakq dan menarikq saat q tak berdaya. karna apalah diri ini tanpa senyum darimu..

Minggu, 19 April 2009

Ketika Future...



futur indikasi peningkatan iman setelah berhasil melewatinya..

futur mendatangkan kehinaan ketika tak mampu mensiasatinya..

namun, tak jarang juga kita sering kali futur-bangkit-futur-bangkit sehingga kalau di total hidup kita sekitar bagaimana cara bangkit dari kefuturan hari ini dan mempersiapkan cara lain ketika futur lagi..

namun, futur itu tidaklah sejenis.. kita harus jeli melihat penyebab ke futuran dan tindakan apa yang harus diambil..

berdasarkan pengalaman, penyebab futur karena kecewa dengan diri sendiri ketika rencana hanya tinggal kenangan, menyalahkan diri kenapa dengan saya? saya tidak seperti yang saya harapkan? hmm.. dan solusinya jika berhadapan dengan futur jenis ini adalah pergi ke pasar! (jangan tertawa dulu, ini pengalaman pribadi :mrgreen: ). pasar identik dengan tempat keramaian, dimana ada banyak aktifitas dan kegiatan, mulai dari orang berdasi yang duduk di balik marcedes band sampai kuli angkut barang yang sedang mengayuh becak. semua bisa di saksikan, di jalan semua orang berkejar-kejaran dengan waktu, kita tidak tahu untuk kepentingan duniakah urusan mereka atau untuk mencari keridho-an rabbnya. terlepas dari tujuan itu, ada satu hal yg secara umum bisa kita petik hikmahnya, yaitu : mereka bergerak! mereka tidak diam di tempat! mereka sibuk! mereka menyibukkan diri! tentu saja itu terlepas dr kesibukan yg berorientasi untuk mendapatkan apa. ketika futur karena tak bergairah melakukan apapun, tanyalah dahulu pada diri, inginkan hidup yg seperti apa? semua orang bersaing mendapatkan apa yg mereka impikan, apakah kita hanya bisa disini sj? jawablah…

ketika futur dalam amalan yaumiah, cobalah mengetahui keistimewaan ibadah yg kita lakukan, baca buku, atau setidaknya mencari tahu kepada seorang yg punya ilmu tentang itu. pahami, resapi kenapa saya tidak bersemangat melakukan suatu ibadah unggulan? melihat manfaatnya, apa lagi yang di tunggu kan kawan? jawablah…v

an yang terpenting ketika futur, lawanlah! futurkan futur yang menghantuimu. disadari atau tidak, ketika kita butuh kekuatan, jika mau berusaha sedikit saja untuk menemui kekuatan itu yakinlah Allah swt bersama orang-orang yang berusaha. disadari atau tidak, ternyata ada orang-orang yang mengatakan : “kemarilah saudaraku, duduklah disini bersama kami, jangan pergi, tetaplah disini, seberapa besar kekuatan yang kau butuhkan untuk dapat bangkit lagi, kau akan dapatkan dari sisa-sisa kekuatan kami”. subhanallah.. disanalah letak ukhuwah islamiah atas landasan kecintaan yang besar pada Rabb sehingga Allah SWT mengikat hati-hati orang yang saling mencintai karena-Nya.

masih futur? ayo bangkit! :)

Jumat, 27 Maret 2009

Syaksiyah Islamiyah



Syaksiyah Islamiyah atau Kepribadian Islam merupakan pilar dalam kebangkitan umat Islam. Dengan sari pati kepribadian yang semestinya dimiliki setiap individu ini diharapkan bisa membawa angin segar dalam kehidupan umat Islam.

Salah satu link menarik mengenai Syaksiyah Islamiyah ini bisa di lihat di situs ini.

Inti sarinya:

1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang sepatutnya ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta alam‘ (QS 6:162).

Karena memiliki aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam da’wahnya kepada para sahabat di Makkah, Rasulullah Saw mengutamakan pembinaan aqidah, iman atau tauhid.

2. Shahihul Ibadah.
Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: ‘shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.‘ Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

3. Matinul Khuluq.
Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah Saw ditutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman yang artinya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung‘ (QS 68:4).

4. Qowiyyul Jismi.
Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Oleh karena itu, kesiatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi, dan jangan sampai seorang muslim sering sakit. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang penting, maka Rasulullah saw bersabda yang artinya: ‘Mu’min yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah‘ (HR. Muslim).

5. Mutsaqqoful Fikri
Intelek dalam berfikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: ‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan.‘ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (QS 2:219).

Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktiviti berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Dapat kita bayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.

Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang sebagaimana firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS 39:9).

6. Mujahadatul Linafsihi.
Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

Oleh karena itu hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran islam) (HR. Hakim).

7. Harishun Ala Waqtihi.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.

Allah swt memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.‘ Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.

Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk memanaj waktunya dengan baik, sehingga waktu dapat berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi Saw adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, rehat sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.

8. Munazhzhamun fi Syuunihi.
Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.

Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan berkorban, adanya penerusan dan berilmu pengetahuan merupakan diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan tugas-tugasnya.

9. Qodirun Alal Kasbi.
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan kekuasaan (qodirun alal kasbi) merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru boleh dilaksanakan bilakala seseorang memiliki kekuasaan, terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umrah, zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

Dalam kaitan menciptakan kekuasaan inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

10. Nafi’un Lighoirihi.
Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksima agar dapat bermanfaat dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak bisa mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.